PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
SEJAK DINI
Dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu: Dr. Sunarti, M.Pd.
Oleh :
Nama : Nency
Hardini
NPM : 11144600138
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2011
Kata Pengatar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusun
panjatkan, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Karena atas
izin dan ridho-Nya tugas makalah ini
dapat penyusun selesaikan dengan baik. Makalah ini penyusun kerjakan dalam
rangka sebagai tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia 1 dengan judul
”Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Dini”.
Tidak
lupa penyusun ucapkan
terimakasih kepada Ibu
Dr.
Sunarti, M.Pd. selaku Dosen Bahasa
Indonesia 1 yang telah
membimbing dalam
penyusunan makalah
ini. Serta semua
pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah ...................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................... 1 ................................................................................................................... 2
C.
Tujuan ..................................................................................................... 1
D.
Manfaat ................................................................................................... 5
BAB II PENTINGNYA
PENDIDIKAN KARAKTER SEJAK DINI
A.
Pengertian Pendidikan Karakter ......................................................... 3
B.
Keluarga
sebagai Wahana Pertama dan Utama Pendidikan
Karakter Anak ......................................................................................... 3
C.
Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan ..................................... 3
- Pendidikan Anak Setelah Lahir (0-1 tahun) ..................................... 5
- Pendidikan Anak Setelah Usia (2-5 tahun) ...................................... 5
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan ............................................................................................. 6
- Saran ....................................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah
bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang
pendidikan, baik jenjang pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan
orang-orang
Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan
pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan
pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Pendidikan merupakan
lingkungan buatan yang dirancang secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pendidikan
pada anak usia dini akan sangat membekas dan sekaligus merupakan peletak dasar
hingga anak dewasa bahkan mungkin sampai dia tua. Keberhasilan pendidikan usia
dini sangat memberikan peranan besar terhadap keberhasilan anak di masa-masa
selanjutnya. Seorang filsuf Inggris yang terkenal John Locke (1632-1704)
mengemukakan bahwa pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan
dalam perkembangan anak. Kejiwaan
anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas yang masih kosong, artinya
bagaimana nanti bentuk dan corak kertas tersebut bergantung pada cara kertas
tersebut ditulis. Locke mengemukakan istilah “tabula rasa” untuk mengemukakan
pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak, karena anak adalah pribadi yang masih
bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Maka tidak salah Rasulullah SAW bersabda uthlubul’ilma minalmahdi ilal lakhdi
yang berarti “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.
Hadits tersebut menekankan betapa pentingnya seseorang belajar sedini mungkin. Tentu kesadaran akan perlunya belajar sejak usia dini tidak muncul dari bayi dan anak usia dini tersebut yang masih belum bisa apa-apa, namun dimulai dari kesadaran orang tuanya untuk memberikan pembelajaran-pembelajaran kepada anaknya sejak dini. Karena pada dasarnya ketika seorang manusia telah terlahir ke dunia ini, ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk menyerap berbagai ilmu.
Hadits tersebut menekankan betapa pentingnya seseorang belajar sedini mungkin. Tentu kesadaran akan perlunya belajar sejak usia dini tidak muncul dari bayi dan anak usia dini tersebut yang masih belum bisa apa-apa, namun dimulai dari kesadaran orang tuanya untuk memberikan pembelajaran-pembelajaran kepada anaknya sejak dini. Karena pada dasarnya ketika seorang manusia telah terlahir ke dunia ini, ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk menyerap berbagai ilmu.
Maka kita
membiasakan anak-anak untuk menggunakan panca indranya dalam hal positif. Hal
ini bisa terwujud jika orangtuanya memiliki pengetahuan tentang perkembangan
jiwa anak, orangtua itu akan bisa mendidik anak sesuai dengan perkembangan jiwa
anak.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pembahasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pendidikan
karakter itu?
2. Bagaimana
mendidik karakter anak sejak dalam kandungan?
3. Bagaimana
peran orangtua dalam mendidik anak?
4. Bagaimana
mendidik karakter anak setelah lahir?
C.
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan
perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Mendiskripsikan
pengertian pendidikan karakter
2. Mendiskripsikan
bagaimana mendidik karakter anak sejak dalam kandungan
3. Mendiskripsikan
bagaimana peran orangtua dalam mendidik anak
4. Mendiskripsikan
bagaimana mendidik karakter anak setelah lahir
D. Manfaat
Penulisan
Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi :
1)
Para pendidik disemua jenjang pendidikan
2)
Para pengasuh anak-anak pra-sekolah
3)
Para ibu-ibu muda yang memiliki anak
4)
Para calon pendidik
5)
Para calon ibu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah
yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pendidikan
karakter, menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
positif kepada lingkungannya. Pendidikan
Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia yang
lebih baik.
Karakter didefinisikan secara
berbeda-beda oleh berbagai pihak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai
penilaian subyektif terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya
menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas mental saja,
sehingga upaya merubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi
terhadap intelektual seseorang.
Coon (1983) mendefinisikan karakter
sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan
dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh
masyarakat. Sementara itu menurut Megawangi (2003), kualitas karakter meliputi
sembilan pilar, yaitu (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) Tanggung
jawab, Disiplin dan Mandiri; (3) Jujur/amanah dan Arif; (4) Hormat dan Santun;
(5) Dermawan, Suka menolong, dan Gotong-royong; (6) Percaya diri, Kreatif dan
Pekerja keras; (7) Kepemimpinan dan adil; (8) Baik dan rendah hati; (9)
Toleran, cinta damai dan kesatuan. Jadi, menurut Ratna Megawangi, orang yang
memiliki karakter baik adalah orang yang memiliki kesembilan pilar karakter
tersebut.
Karakter, seperti juga kualitas diri
yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada
setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan
(nurture). Menurut para developmental psychologist, setiap manusia memiliki
potensi bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk
potensi yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Dalam hal ini,
Confusius – seorang filsuf terkenal Cina - menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya memiliki potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak
diikuti dengan pendidikan dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka
manusia dapat berubah menjadi binatang, bahkan lebih buruk lagi (Megawangi,
2003). Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan karakter anak sejak dini sangat penting dalam pembentukan
karakter seorang anak.
Menurut Thomas Lichona (Megawangi,
2003), pendidikan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson yang terkenal dengan teori Psychososial
Development juga menyatakan hal yang sama. Erikson menyebutkan bahwa anak
adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di mana kebajikan
berkembang secara perlahan tapi pasti (dalam Hurlock, 1981). Dengan kata lain,
bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia dini, maka dia
akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan.
Selanjutnya, White (dalam Hurlock, 1981)menyatakan bahwa usia dua tahun pertama
dalam kehidupan adalah masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal
dan sosial.
Karakter
merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi
oleh faktor bawaan (fitrah - nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan
– nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan,
tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan
pendidikan sejak usia dini.
B. Keluarga
sebagai Wahana Pertama dan Utama Pendidikan Karakter Anak
Solehudin (2011) mengemukakan bahwa keluarga merupakan tempat membangun
karakter anak yang pertama dan utama dikarenakan:
1.
Keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan perlakuan pendidikan terhadap anak.
2.
Sebagian besar waktu anak sering dihabiskan berada dalam lingkungan keluarga.
3.
Hubungan orang tua-anak bersifat erat sehingga memiliki kekuatan yang lebih
daripada hubungan anak dengan yang lain.
4.
Interaksi antara orang tua dan anak yang sifatnya alami sehingga sangat
kondusif untuk membangun karakter anak.
Para sosiolog meyakini bahwa
keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa,
sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam
masyarakat, sehingga jika keluarga-keluarga yang merupakan fondasi masyarakat
lemah. Oleh karena itu, para sosiolog meyakini bahwa berbagai masalah
masyarakat, seperti
kejahatan seksual dan kekerasan yang merajalela, serta segala macam kebobrokan
di masyarakat - merupakan akibat dari lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak, keluarga
merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila keluarga gagal melakukan
pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi
lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan
keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat
yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki
kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak
di rumah.
C. Pendidikan anak sejak dalam kandungan (masa prenatal)
Pendidikan anak sejak dalam kandungan sangat penting
hal ini sangat erat hubungannya dengan orangtua (ibu yang sedang mengandung).
Seorang anak akan menjadi anak yang rajin atau malas berkarakter atau tidak ini
sangat bergantung pada orang tuanya. Beberapa
kebiasaan baik yang dibentuk secara konsisten oleh ibu-ibu hamil pada dirinya
dan bayinya selama kehamilan dapat mengurangi berbagai kesulitan yang mungkin timbul
ketika sang anak sudah lahir
ke dunia.
Secara teratur mendengar irama musik tertentu, mendengarkan suara orang mengaji, bercerita dan berdendang untuk si
jabang bayi dalam kandungannya, atau melakukan relaksasi, akan memungkinkan
ibu-ibu hamil bisa menjalin komunikasi dan membina hubungan positif dengan
bayinya. Jika orang tuanya sejak awal
sudah membiasakan diri mendidik anaknya sejak dalam kandungan maka anak
tersebut akan menjadi anak seperti yang diharapkan oleh orang tuanya.
Perhatian penuh dari
si ibu hamil terhadap kandungannya dapat memberikan rangsangan dan sentuhan
secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Karena secara emosional akan
terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan
neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan
merasa senang. Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani,
gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung
rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimulsi
juga ikut gelisah. Yang paling baik adalah stimusli berupa suara-suara, elusan,
dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut
senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu
sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi.
D. Pendidikan anak setelah lahir usia 0-1 tahun
Seorang anak yang baru di lahirkan maka dia belum bisa
apa-apa kecuali menangis. Jika merasa haus, lapar, tidak nyaman, maka ia akan
menangis. Di sinilah peran orangtua harus tanggap terhadap kebutuhan anak. Maka
kita harus memperhatikan dan memberi pelayanan, kenyamanan dengan baik, serta
kita mulai tanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Misalnya kebiasaan menjadi
anak yang nyaman, maka kita harus melatih anak tersebut dengan kenyamana pula, contoh
anak tersebut ngompol, kita harus segera mengganti popoknya. Kebiasaan mandi pagi
dan sore juga harus tepat waktu, kebiasaan makan juga harus tepat waktu. Semua
ini sudah menanamkan karakter pada anak yaitu karakter menghargai waktu
(disiplin) dan tanggap terhadap suasana.
Kesalahan orangtua kesalahan orang tua dalam mendidik
anak dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga berakibat
pada pembentukan karakternya, yaitu :
1.
Kurang menunjukkan ekspresi kasih
sayang baik secara verbal maupun fisik.
2. Kurang
meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya.
3. Bersikap
kasar secara verbal, misainya menyindir, mengucilkan anak, dan berkata-kata kasar.
4. Bersikap
kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman badan
lainnya.
5. Terlalu
memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
6. Tidak
menanamkan "good character' kepada anak.
Dampak yang ditimbulkan dari salah
asuh seperti di atas, akan
menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai
kecerdasan emosi rendah.
1. Anak
menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan tidak dapat menerima
persahabatan. Karena sejak kecil mengalami kemarahan, rasa tidak percaya, dan
gangguan emosi negatif lainnya. Ketika dewasa ia akan menolak dukungan,
simpati, cinta dan respons positif lainnya dari orang di sekitarnya. la
kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak disenangi oleh orang
lain.
2. Secara
emosiol tidak responsif, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu memberikan
cinta kepada orang lain.
3. Berperilaku
agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik secara verbal maupun fisik.
4. Menjadi
minder, merasa diri tidak berharga dan berguna.
5. Selalu
berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya, seperti rasa tidak aman,
khawatir, minder, curiga dengan orang lain, dan merasa orang lain sedang
mengkritiknya.
6. Ketidakstabilan
emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan terhadap stress, mudah
tersinggung, mudah marah, dan sifat yang tidak dapat dipreaiksi oleh orang
lain.
7. Keseimbangan
antara perkembangan emosional dan intelektual. Dampak negatif lainnya dapat
berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu kenakalan remaja, tawuran, dan
lainnya.
8. Orang
tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu menekan anak, akan membuat anak
merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang tuannya sebagai ”role model”
Anak akan lebih percaya kepada "peer group"nya sehingga mudah
terpengaruh dengan pergaulan negatif.
E. Pendidikan Anak Usia 2-5 tahun
Mengenal, mengetahui, memahami dunia
anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang
segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan.
Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya
banyak bergantung pada peranan orang tua.
Peran orangtua begitu besar,
karena landasan moral dibentuk pada umur ini. Cinta dan kasih sayang dari
orangtua sangat dibutuhkan anak sepanjang fase ini. Memasuki usia 2-5 tahun,
anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun serta perbuatan baik-buruk.
Biasanya anak pada usia ini mencoba-coba melanggar aturan dan agak sulit diatur,
sehingga memerlukan kesabaran orangtua.
Para
ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak
agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara
tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan
mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang
sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang
independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana
keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah
peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu
kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat
melakukan perubahan apapun.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendidikan usia dini sangat penting. pendidikan usia
dini ini dapat membentuk karakter anak seperti yang diharapkan orangtuanya.
Jika semua orang sadar melaksanakan dengan sempurna, maka anak-anak sudah
terbiasa dengan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan. Mereka dalam
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun sesama
manusia dilaksanakan dengan penuh tanggung jawa, karena merupakan kebutuhan
pribadi.
Pendidikan anak usia dini tidak
sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang
lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak
usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi
manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan
kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.
B. Saran
Sebaiknya orang tua melaksanakan pendidikan ini dengan
sempurna, agar anak-anak bangsa ini memiliki karakter yang jelas sejak awal.
Perhatian orang tua kepada anak sangat penting baik dalam keluarga maupun di
lingkungan. Perhatian yang penuh membuat anak mudah dikendalikan. Sehingga akan
meminimalisir terciptanya anak yang tidak bermoral.
Daftar Pustaka
Coon,
Dennis. (1983). Introduction to Psychology : Exploration and
Aplication. West Publishing Co.
Hurlock, E.B. 1981. Child
Development. Sixth Edition. McGraw Hill Kogakusha International Student.
http://encyclopedia.thefreedictionary.com.
Diakses tanggal 26 April 2004.
Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK
Indonesia Heritage Foundation.
Megawangi, Ratna. (2004).
Pendidikan Karakter; Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa.Bogor:Indonesia Heritage Foundation.
Solehuddin.
2011. Membangun dan Mengembangkan
Karakter Anak Melalui Pensinergian Pendidikan Rumah dan Sekolah . (Online)
(http://massofa.wordpress.com, diakses tanggal 6 Desember 2011)
1 komentar:
Terimakasihhh
Posting Komentar