Selasa, 18 Desember 2012

Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Dini






 

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
SEJAK DINI
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Dr. Sunarti, M.Pd.



logohitamputih.jpg


Oleh :
Nama : Nency Hardini
NPM : 11144600138




PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2011

Kata Pengatar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusun panjatkan, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Karena atas izin dan ridho-Nya tugas  makalah ini dapat penyusun selesaikan dengan baik. Makalah ini penyusun kerjakan dalam rangka sebagai tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia 1 dengan judul ”Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Dini”.
Tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Sunarti, M.Pd. selaku Dosen Bahasa Indonesia 1 yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.



                              Penyusun




DAFTAR ISI
                                                                                                               Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................  i                                                   ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................  i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1                                                 
B.   Rumusan Masalah ............................................................................... 1                                                  ................................................................................................................... 2
C.   Tujuan ..................................................................................................... 1
D.   Manfaat ................................................................................................... 5
BAB II PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SEJAK DINI
A.   Pengertian Pendidikan Karakter ......................................................... 3
B.   Keluarga sebagai Wahana Pertama dan Utama Pendidikan
Karakter Anak ......................................................................................... 3
C.   Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan ..................................... 3
  1. Pendidikan Anak Setelah Lahir (0-1 tahun) ..................................... 5
  2. Pendidikan Anak Setelah Usia (2-5 tahun) ...................................... 5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan ............................................................................................. 6
  2. Saran ....................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 7



BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik  jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan orang-orang Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Pendidikan merupakan lingkungan buatan yang dirancang secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pendidikan pada anak usia dini akan sangat membekas dan sekaligus merupakan peletak dasar hingga anak dewasa bahkan mungkin sampai dia tua. Keberhasilan pendidikan usia dini sangat memberikan peranan besar terhadap keberhasilan anak di masa-masa selanjutnya. Seorang filsuf Inggris yang terkenal John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak. Kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas yang masih kosong, artinya bagaimana nanti bentuk dan corak kertas tersebut bergantung pada cara kertas tersebut ditulis. Locke mengemukakan istilah “tabula rasa” untuk mengemukakan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak, karena anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Maka tidak salah Rasulullah SAW bersabda uthlubul’ilma minalmahdi ilal lakhdi yang berarti “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.                  

Hadits tersebut menekankan betapa pentingnya seseorang belajar sedini mungkin. Tentu kesadaran akan perlunya belajar sejak usia dini tidak muncul dari bayi dan anak usia dini tersebut yang masih belum bisa apa-apa, namun dimulai dari kesadaran orang tuanya untuk memberikan pembelajaran-pembelajaran kepada anaknya sejak dini. Karena pada dasarnya ketika seorang manusia telah terlahir ke dunia ini, ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk menyerap berbagai ilm
u.
Maka kita membiasakan anak-anak untuk menggunakan panca indranya dalam hal positif. Hal ini bisa terwujud jika orangtuanya memiliki pengetahuan tentang perkembangan jiwa anak, orangtua itu akan bisa mendidik anak sesuai dengan perkembangan jiwa anak.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa pendidikan  karakter itu?
2.    Bagaimana mendidik karakter anak sejak dalam kandungan?
3.    Bagaimana peran orangtua dalam mendidik anak?
4.    Bagaimana mendidik karakter anak setelah lahir?

C.   Tujuan Penulisan
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan ini adalah:

1.    Mendiskripsikan pengertian pendidikan karakter
2.    Mendiskripsikan bagaimana mendidik karakter anak sejak dalam kandungan
3.    Mendiskripsikan bagaimana peran orangtua dalam mendidik anak
4.    Mendiskripsikan bagaimana mendidik karakter anak setelah lahir

D.   Manfaat Penulisan
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi :
1)    Para pendidik disemua jenjang pendidikan
2)    Para pengasuh anak-anak pra-sekolah
3)    Para ibu-ibu muda yang memiliki anak
4)    Para calon pendidik
5)    Para calon ibu





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.       Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang lebih baik.
Karakter didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya merubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual seseorang.
Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Sementara itu menurut Megawangi (2003), kualitas karakter meliputi sembilan pilar, yaitu (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) Tanggung jawab, Disiplin dan Mandiri; (3) Jujur/amanah dan Arif; (4) Hormat dan Santun; (5) Dermawan, Suka menolong, dan Gotong-royong; (6) Percaya diri, Kreatif dan Pekerja keras; (7) Kepemimpinan dan adil; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleran, cinta damai dan kesatuan. Jadi, menurut Ratna Megawangi, orang yang memiliki karakter baik adalah orang yang memiliki kesembilan pilar karakter tersebut.

Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Menurut para developmental psychologist, setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Dalam hal ini, Confusius – seorang filsuf terkenal Cina - menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah menjadi binatang, bahkan lebih buruk lagi (Megawangi, 2003). Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan karakter anak sejak dini sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak.

Menurut Thomas Lichona (Megawangi, 2003), pendidikan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson yang terkenal dengan teori Psychososial Development juga menyatakan hal yang sama. Erikson menyebutkan bahwa anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di mana kebajikan berkembang secara perlahan tapi pasti (dalam Hurlock, 1981). Dengan kata lain, bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia dini, maka dia akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Selanjutnya, White (dalam Hurlock, 1981)menyatakan bahwa usia dua tahun pertama dalam kehidupan adalah masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal dan sosial.

Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah - nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan – nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.

B.  Keluarga sebagai Wahana Pertama dan Utama Pendidikan Karakter Anak
Solehudin (2011) mengemukakan bahwa keluarga merupakan tempat membangun karakter anak yang pertama dan utama dikarenakan:
1. Keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan perlakuan pendidikan terhadap anak.
2. Sebagian besar waktu anak sering dihabiskan berada dalam lingkungan keluarga.
3. Hubungan orang tua-anak bersifat erat sehingga memiliki kekuatan yang lebih daripada hubungan anak dengan yang lain.
4. Interaksi antara orang tua dan anak yang sifatnya alami sehingga sangat kondusif untuk membangun karakter anak.

Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat, sehingga jika keluarga-keluarga yang merupakan fondasi masyarakat lemah. Oleh karena itu, para sosiolog meyakini bahwa berbagai masalah masyarakat, seperti kejahatan seksual dan kekerasan yang merajalela, serta segala macam kebobrokan di masyarakat - merupakan akibat dari lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

C.  Pendidikan anak sejak dalam kandungan (masa prenatal)
Pendidikan anak sejak dalam kandungan sangat penting hal ini sangat erat hubungannya dengan orangtua (ibu yang sedang mengandung). Seorang anak akan menjadi anak yang rajin atau malas berkarakter atau tidak ini sangat bergantung pada orang tuanya. Beberapa kebiasaan baik yang dibentuk secara konsisten oleh ibu-ibu hamil pada dirinya dan bayinya selama kehamilan dapat mengurangi berbagai kesulitan yang mungkin timbul ketika sang anak sudah lahir ke dunia. Secara teratur mendengar irama musik tertentu, mendengarkan suara orang mengaji, bercerita dan berdendang untuk si jabang bayi dalam kandungannya, atau melakukan relaksasi, akan memungkinkan ibu-ibu hamil bisa menjalin komunikasi dan membina hubungan positif dengan bayinya. Jika orang tuanya sejak awal sudah membiasakan diri mendidik anaknya sejak dalam kandungan maka anak tersebut akan menjadi anak seperti yang diharapkan oleh orang tuanya.
Perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang. Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimulsi juga ikut gelisah. Yang paling baik adalah stimusli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi.

D.  Pendidikan anak setelah lahir usia 0-1 tahun
Seorang anak yang baru di lahirkan maka dia belum bisa apa-apa kecuali menangis. Jika merasa haus, lapar, tidak nyaman, maka ia akan menangis. Di sinilah peran orangtua harus tanggap terhadap kebutuhan anak. Maka kita harus memperhatikan dan memberi pelayanan, kenyamanan dengan baik, serta kita mulai tanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Misalnya kebiasaan menjadi anak yang nyaman, maka kita harus melatih anak tersebut dengan kenyamana pula, contoh anak tersebut ngompol, kita harus segera mengganti popoknya. Kebiasaan mandi pagi dan sore juga harus tepat waktu, kebiasaan makan juga harus tepat waktu. Semua ini sudah menanamkan karakter pada anak yaitu karakter menghargai waktu (disiplin) dan tanggap terhadap suasana.
Kesalahan orangtua kesalahan orang tua dalam mendidik anak dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga berakibat pada pembentukan karakternya, yaitu :
1.    Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik.
2.    Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya.
3.    Bersikap kasar secara verbal, misainya menyindir, mengucilkan anak, dan berkata-kata kasar.
4.    Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman badan lainnya.
5.    Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
6.    Tidak menanamkan "good character' kepada anak.
Dampak yang ditimbulkan dari salah asuh seperti di atas, akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah.
1.    Anak menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan tidak dapat menerima persahabatan. Karena sejak kecil mengalami kemarahan, rasa tidak percaya, dan gangguan emosi negatif lainnya. Ketika dewasa ia akan menolak dukungan, simpati, cinta dan respons positif lainnya dari orang di sekitarnya. la kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak disenangi oleh orang lain.
2.    Secara emosiol tidak responsif, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain.
3.    Berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik secara verbal maupun fisik.
4.    Menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna.
5.    Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya, seperti rasa tidak aman, khawatir, minder, curiga dengan orang lain, dan merasa orang lain sedang mengkritiknya.
6.    Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan terhadap stress, mudah tersinggung, mudah marah, dan sifat yang tidak dapat dipreaiksi oleh orang lain.
7.    Keseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual. Dampak negatif lainnya dapat berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu kenakalan remaja, tawuran, dan lainnya.
8.    Orang tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu menekan anak, akan membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang tuannya sebagai ”role model” Anak akan lebih percaya kepada "peer group"nya sehingga mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif.

E.  Pendidikan Anak Usia 2-5 tahun
Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua.
Peran orangtua begitu besar, karena landasan moral dibentuk pada umur ini. Cinta dan kasih sayang dari orangtua sangat dibutuhkan anak sepanjang fase ini. Memasuki usia 2-5 tahun, anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun serta perbuatan baik-buruk. Biasanya anak pada usia ini mencoba-coba melanggar aturan dan agak sulit diatur, sehingga memerlukan kesabaran orangtua.
Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun.







BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Pendidikan usia dini sangat penting. pendidikan usia dini ini dapat membentuk karakter anak seperti yang diharapkan orangtuanya. Jika semua orang sadar melaksanakan dengan sempurna, maka anak-anak sudah terbiasa dengan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan. Mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun sesama manusia dilaksanakan dengan penuh tanggung jawa, karena merupakan kebutuhan pribadi.
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.





B.  Saran
Sebaiknya orang tua melaksanakan pendidikan ini dengan sempurna, agar anak-anak bangsa ini memiliki karakter yang jelas sejak awal. Perhatian orang tua kepada anak sangat penting baik dalam keluarga maupun di lingkungan. Perhatian yang penuh membuat anak mudah dikendalikan. Sehingga akan meminimalisir terciptanya anak yang tidak bermoral.


















Daftar Pustaka

Coon, Dennis. (1983). Introduction to Psychology : Exploration and Aplication. West Publishing Co.
Hurlock, E.B. 1981. Child Development. Sixth Edition. McGraw Hill Kogakusha International Student.
http://encyclopedia.thefreedictionary.com. Diakses tanggal 26 April 2004.
Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK Indonesia Heritage Foundation.
Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter; Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.Bogor:Indonesia Heritage Foundation.
Solehuddin. 2011. Membangun dan Mengembangkan Karakter Anak Melalui Pensinergian Pendidikan Rumah dan Sekolah . (Online) (http://massofa.wordpress.com, diakses tanggal 6 Desember 2011)






1 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Laguku

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger templates

 

Followers

 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger